Secara umum infrastuktur adalah istilah
yang berhubungan maknanya dengan “struktur di bawah struktur”. Definisi ini
mengimplikasikan adanya perbedaan layer dari struktur yang ada, ibaratnya
menyediakan support atau layanan (Robertson, 2001).
Dalam dunia fisik, terminologi
infrastruktur mengarah kepada keperluan-keperluan publik, seperti air, gas,
pembuangan air, dan layanan telepon. Masing-masing layer infrastuktur memiliki
beberapa karakteristik tertentu, yaitu:
- Pemakaiannya lebih luas dibanding struktur diatasnya (yang didukungnya).
- Lebih permanen/statis dibanding struktur di atasnya.
- Terhubung secara fisik dengan struktur di atasnya.
- Sering diperhitungkan sebagai servis/layanan pendukung.
- Terpisah dari struktur-struktur yang didukungnya dalam hal lifecycle (plan, build, run, change, exit).
- Terpisah dari struktur-struktur yang didukungnya dalam hal kepemilikan dan orang-orang yang mengeksekusi lifecyclenya.
- Dimiliki dan dikelola oleh pihak yang berbeda dari struktur yang didukungnya.
Dengan ilustrasi Gambar
infrastruktur TI di atas dapat dijelaskan sebagai struktur yang memberikan
layanan dan support terhadap lapisan di atasnya yaitu pengembangan
aplikasi. Gagasan untuk memisahkan antara kepemilikan dan siklus hidup
infrastruktur dari pengembangan aplikasi, terutama pada tahap desain dan
implementasi sistem bisa diterapkan dengan baik. Infrastruktur harus
direncanakan dengan matang, sehingga bisa mengakomodasi kebutuhan
pengembangan aplikasi tersebut.
Khusus di Departemen Pendidikan
Nasional, perkembangan infrastruktur, SDM dan konten di dalam Teknologi
Informasi dan Komunikasi telah dimulai sejak abad 19 dan mengalami akselerasi
yang cukup tinggi pada awal abad 20, yaitu pada tahun 1999 hingga saat ini.
Beberapa program pengembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi khususnya Infrasruktur adalah:
Jaringan Internet (Jarnet)
Jaringan Informasi Sekolah (JIS)
Wide Area Network Kota (WAN Kota)
Information and Communication
Technology Center (ICT Center)
Indonesia Higher Education Network
(Inherent)
Jejaring Pendidikan Nasional
(Jardiknas)
South East Asian Education Network
(SEA EduNet)
2.1 Jaringan Internet (2000)
Sebelum tahun 1999 sebenarnya secara
parsial Departemen Pendidikan Nasional telah banyak melaksanakan
kegiatan-kegiatan maupun menjalankan program yang berhubungan dengan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK), utamanya untuk sarana komunikasi antar
institusi dan otomatisasi pendataan. Beberapa diantaranya adalah pembuatan
mailing list untuk komunikasi langsung antara pusat dengan daerah, menggalakkan
pembuatan web site bagi sekolah untuk penyebaran informasi bagi sekolah
tersebut serta penyusunan berbagai program pendataan berbasis TIK.
Namun, untuk pengembangan
infrastruktur secara nasional dan dalam jumlah besar dilaksanakan oleh
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) pada tahun 2000 dalam
sebuah program yang disebut dengan Jaringan Internet atau Jarnet.
Latar belakang program ini adalah
untuk mendukung pemercepatan internetisasi sekolah-sekolah di Indonesia khususnya
pada Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK. Hal ini karena SMK mulai diwajibkan
untuk memiliki alamat email dan juga diminta untuk memiliki web site untuk
sarana promosi sekolah masing-masing. Hal ini ditandai dengan perkembangan
mailing list Dikmenjur yang pada awalnya hanya memiliki 2 orang anggota dan
saat ini telah memiliki 5700 anggota dengan rata-rata komunikasi sebesar 600
email per-bulan.
Tujuan dari program ini adalah:
Mempercepat pelaksanaan
Internetisasi di SMK Negeri dan Swasta.
Meningkatkan komunitas antar SMK.
Mengoptimalkan penggunaan sarana dan
prasarana yang dimiliki.
Menyediakan sarana mendapatkan
informasi terkini dan media pembelajaran bagi warga sekolah dan masyarakat
umum.
Menyediakan media promosi sekolah
dalam rangka peningkatan minat/animo masyarakat terhadap SMK.
Menjadikan jarnet bagian dari unit
produksi agar mengembangkan warnet di sekolah.
Dengan demikian bantuan Jarnet di
sekolah selain untuk memperkenalkan pemanfaatan teknologi informasi kepada
segenap warga sekolah, juga untuk memberi dorongan agar sekolah dapat
meningkatkan kinerjanya dengan mendayagunakan komputer yang ada, serta
memperkenalkan Internet sebagai sarana mencari informasi dan sarana komunikasi
yang efektif dan efisien.
Bantuan Jarnet ini dimaksudkan agar
digunakan untuk pengadaan peralatan dan pelatihan pemasangan jaringan lokal
(LAN) di sekolah.
Program pengembangan Jaringan
Internet diperuntukkan bagi semua SMK Negeri/ Swasta di Kabupaten/Kota. Sampai
dengan tahun 2003 terdapat 744 SMK yang sudah memiliki jaringan Internet
melalui program Jarnet ini.
2.2 Jaringan Informasi Sekolah (2001
– 2002)
Senyampang dengan mulai menjamurnya
kebutuhan terhadap internet yang diakibatkan oleh program Jarnet, maka
kebutuhan infrastruktur dan sarana komunikasi juga semakin meningkat. Khusus
mengenai infrastruktur, sebagian besar sekolah yang ada di kabupaten dan kota
hanya memiliki komputer yang memiliki spesifikasi yang amat rendah. Bahkan
banyak yang tidak memiliki harddisk.
Namun, karena minat yang amat
tinggi, mereka juga berkeinginan untuk memiliki jaringan yang terhubung dengan
internet.
Pada tahun 2001, pengembangan
program cloning sedang marak dimana-mana, yaitu memanfaatkan 1 komputer yang
memiliki kapasitas besar dan dibagi ke komputer-komputer lainnya melalui sistem
jaringan. Sehingga sekolah tidak perlu membeli banyak komputer lagi, namun
cukup membeli 1 komputer yang berkapasitas besar. Namun, pengetahuan ini masih
amat terbatas, karena dibeberapa tempat menjadi sebuah lahan bisnis yang
menggiurkan dan ditawarkan dengan harga yang cukup tinggi.
Oleh Depdiknas, program ini kemudian
dipelajari dan disebarluaskan ke seluruh propinsi agar dapat diterapkan di
sekolah-sekolah.
Disisi lain, perkembangan TIK yang
cukup pesat membutuhkan SDM yang handal, juga membutuhkan sarana komunikasi dan
diskusi bagi penggiat TIK di satu daerah, agar para guru yang memiliki hobi
yang sama dapat berkumpul secara teratur setiap bulan untuk saling berbagi
informasi dan pengetahuan di dalam bidang TIK. Untuk berkumpul ini juga
dibutuhkan sebuah lokasi yang representatif, yang memiliki sarana dan prasarana
dalam bidang TIK serta dapat dijadikan sebuah sekretariat.
Dengan dasar inilah, Depdiknas pusat
mencoba untuk memacu hal tersebut dengan “memberikan kail” berupa bantuan untuk
pelatihan awal dan merangsang pembentukan sekretariat TIK di masing-masing
kabupaten/kota.
Program inilah yang disebut dengan
Jaringan Informasi Sekolah atau disingkat JIS.
Mengapa disebut dengan Jaringan Informasi
Sekolah ? Karena diharapkan fungsi utama dari prgoram ini adalah untuk
menjaring seluruh sekolah di dalam satu wilayah agar saling berbagi informasi,
khususnya dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Peserta JIS ini tidak terbatas
kepada SMK saja, namun diikuti oleh seluruh SLTA di daerah tersebut, SLTP dan
beberapa SD. Syarat utama untuk ikut di dalam JIS adalah memiliki minat
terhadap TIK
Hasil yang diharapkan dari program
ini adalah:
Terbentuknya Jaringan Informasi
Sekolah di Kabupaten/Kota
Terbentuknya Jaringan Lokal (Local
Area Network) di masing-masing sekolah yang menjadi peserta pelatihan
Tersosialisasikannya informasi
mengenai program cloning PC, sehingga bagi sekolah yang memiliki komputer
dengan spesifikasi rendah, tetap dapat dimanfaatkan untuk aplikasi perkantoran
atau untuk internet
Hingga tahun 2003, telah terbentuk
154 JIS di seluruh Indonesia. Ini merupakan embrio pengembangan SDM untuk
program TIK yang sejak program ini digulirkan menjadi lebih cepat lagi
pengembangannya
2.3 Wide Area Notwork (WAN) Kota
(2002-2003)
Perkembangan kebutuhan akan TIK
sejak bergulirnya program Jarnet dan JIS semakin besar, utamanya kebutuhan
terhadap koneksi internet yang digunakan untuk mempercepat proses pengiriman
data dan informasi dari daerah ke pusat serta untuk proses pembelajaran.
Namun disisi lain, harga internet di
Indonesia yang masih amat mahal menjadi pemikiran utama dari sekolah-sekolah
tersebut. Untuk bisa membiayai operasional sehari-hari saja masih amat sulit,
apalagi harus menyisihkan dana setiap bulan untuk biaya internet.
(Gambar 1. Sistem Jaringan WAN Kota)
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka
dikembangkanlah program WAN Kota, yang mencoba menghubungkan jaringan lokal di
semua sekolah yang berada pada satu wilayah dan kemudian memasang koeksi
internet pada salah satu simpul di daerah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan
biaya internet yang seharusnya hanya diatnggung oleh satu sekolah menjadi
tanggungan bersama. Ini akan meringankan dan memudahkan sekolah-sekolah
tersebut untuk turut serta menikmati koneksi internet.
Secara umum, fungsi dan manfaat
program WAN Kota adalah:
wahana berbagi (sharing) sumber daya
data, informasi, dan program pendidikan;
media komunikasi berbasis web atau
multimedia antar lembaga pendidikan yang dibangun, dikelola, dan dikembangkan
secar mandiri, kolektif, dan sistematis oleh semua lembaga pendidikan yang
terlibat di dalam jejaring tersebut;
infrastruktur pemelajaran jarak jauh
(e-learning) dan pelayanan pemerintahan (e-government);
sumber informasi dan komunikasi
antar sekolah (SLTP, SMU dan SMK);
pusat penyimpanan (server) modul
pembelajaran;
pusat pelatihan teknologi informasi
dan komunikasi bagi masyarakat sekitarnya;
digital library (perpustakaan
berbasis komputer) yang dapat diakses semua sekolah di Kabupaten/Kota.
Secara umum, teknologi yang
digunakan untuk program WAN Kota ini adalah teknologi Wireless IEEE 801.11
a/b/g yang memanfaatkan frekwensi 2,4 Ghz. Dengan penggunakan frekwensi yang
free inilah, maka setiap sekolah hanya bermodalkan satu set antena Grid
Parabolic ataupun menggunakan antena kaleng dan wajanbolic yang dirakit sendiri
sudah dapat menikmati koneksi internet yag murah.
Dengan program ini, maka bermunculan
juga sentra-sentra perakitan perangkat 2,4 Ghz di beberapa tempat, sehingga
menggerakkan indutri kecil di daerah tersebut. Juga di beberapa lokasi, program
ini disandingkan dengan RT/RW Net, sehingga pengguna internet tidak terbatas
pada sekolah saja, melainkan juga masyarakat umum.
Hingga tahun 2003, telah terbentuk
31 WAN Kota di Indonesia.
2.4 ICT Center (2004 – 2006)
Program WAN Kota yang telah
dikembangkan pada tahun 2002 hingga tahun 2003 akhirnya dirasakan hanya
menitikberatkan kepada aspek perangkat keras dan jaringan saja, sedangkan
pengembangan TIK tidak hanya terdiri atas kedua aspek tersebut. Pengembangan
SDM juga hanya berputar kepada institusi yang menjadi lokasi WAN Kota, sehingga
mulai dipikirkan untuk memperluas fungsi dan tugas dari WAN Kota menjadi sebuah
institusi lain yang mampu menjadi pusat TIK di daerah dan bermanfaat secara
luas bagi masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan pemikiran inilah, lahir
sebuah program dan institusi dengan nama Information and Communication
Technology (ICT) Center yang berfungsi sebagai Pusat Pendidikan, Pelatihan dan
Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Kabupaten/Kota.
Untuk mempersenjatai fungsi
tersebut, maka ICT Center dibentuk dengan infrastruktur yang melebihi WAN Kota,
karena fungsu utamanya bukan hanya sekedar menghubungkan LAN di da satu wilayah
saja, melainkan meluas kepada fungsi Capacity Bulding.
Perangkat yang diberikan kepada masing-masing
ICT Center adalah satu set tower dan perangkat server 2,4 Ghz untuk membagi
koneksi internet yang dimiliki, satu atau dua paket laboratorium komputer, dan
perangkat pendukung jaringan lainnya, seperti VoIP Phone, Router, Switch dan
lain-lain. Khusus ICT Center tahun 2005 malah diberikan bantuan koneksi selama
6 bulan melalui VSAT dengan bandwidth 128 Kbps 1:1 dengan ISP Indosat M2.
Berbagai program pelatihan telah
dilaksanakan oleh seluruh ICT Center ini, dan sebagian berkolaborasi dengan
pemerintah daerah maupun institusi lainnya. Di beberapa tempat, ICT Center
malah sudah menjadi sebuah kebutuhan daerah, sehingga pemanfaatan perangkat
yang dimiliki tidak hanya dari sekolah itu sendiri namun sudah amat meluas
hingga ke masyarakat umum.
Hingga tahun 2008 ini, total ICT
Center di seluruh Indonesia adalah 430 Unit
2.5 Inherent (2006 – 2007)
Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi juga turut menggeliat di dalam pengembangan TIK dan tidak kalah dengan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Sebenarnya, sejak tahun
90-an, sudah banyak perguruan tinggi yang secara parsial maupun kelompok kecil
telah mengembangkan infrastruktur TIK di kampus masing-masing. Yang amat
terkenal adalah ITB dengan berbagai risetnya untuk bidang internet dan jaringan
lokal.
Secara nasional, infrastruktur yang
dibangun untuk menghubungkan seluruh perguruan tinggi dibangun pada tahun 2006,
dalam bentuk program Indonesian Higher Education Network atau Inherent.
Program INHERENT menghubungkan 32
perguruan tinggi sebagai backbone utama dimana perguruan tinggi lainnya dapat
terhubung ke PT backbone tersebut apabila hendak terhubung dalam satu sistem
jaringan.
(Gambar 2. Sistem Jaringan INHERENT)
Karena tujuan utama dari sistem ini
adalah untuk riset dan pengembangan, maka jalur data yang disiapkan cukup
besar, bahkan mencapai 155 Mbps dengan link yang terkecil mencapai 2 Mbps.
2.6 Jejaring Pendidikan Nasional
(2006 – sekarang)
Program ICT Center dan WAN Kota yang
dibangun hingga tahun 2006 telah berhasil membangun jaringan lokal di dalam
masing-masing kabupaten kota, serta telah membentuk komunitas di dalam bidang
TIK.
Selanjutnya, untuk menggabungkan
seluruh ICT Center, WAN Kota dan Institusi pendidikan lainnya di seluruh
Indonesia, pada tahun 2006 dikembangkan program Jejaring Pendidikan Nasional
atau Jardiknas.
Untuk memudahkan pengelolaan,
Jardiknas dibagi atas 4 zona, yaitu Zona Kantor Dinas dan Institusi, Zona
Perguruan Tinggi, Zona Sekolah, dan Zona Personal (Guru dan Siswa)
(Gambar 3. Sistem Jaringan
Jardiknas)
Seluruh lokasi terhubung dengan
teknologi MPLS dan dikelola oleh 3 NOC, dimana seluruh NOC dihubungkan dengan
link internasional dan IIX sebesar 200 Mbps.
Hingga akhir tahun 2007, telah
terhubung 1.014 titik institusi dan 11.825 sekolah dengan Jardiknas.
2.7 SEA EduNet ( 2008 )
Rencana pengembangan ke depan adalah
mengintegrasikan jejaring yang telah dibentuk di Indonesia dengan negara-negara
tetangga, agar dapat dilaksanakan sharing knowledge dengan lebih intensif. Hal
ini bertujuan agar seluruh institusi kita memiliki wawasan yang lebih
mengglobal.
Salah satu teknologi yang saat ini
sedang dijajaki oleh Depdiknas, utamanya oleh institusi Southeast Asian
Ministers of Education Organization Regional Open Distance Learning Centre
(SEAMOLEC) adalah teknologi multicast, yang menggunakan perangkat parabola
untuk downstream dan teresterial untuk upstream.
Teknologi ini amat sesuai dengan
kondisi geografis di Indonesia, yang bergunung-gunung dan masih sulit dijangkau
secara merata dengan koneksi kabel.
(Gambar 4. Sistem Jaringan SEA
EduNet)
Diharapkan pada tahun 2008, sudah
dapat diujicobakan pada seluruh Propinsi di Indonesia.
Kesimpulan
Pengembangan Infrastruktur TIK pada
Departemen Pendidikan Nasonal dilakukan secara bertahap dan berjenjang
sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan lapangan. Dengan
pengembangan infrastruktur ini maka pengelolaan pendidikan di Indonesia dapat
lebih efektif dan efisien.
Rekomendasi
Integarasi sistem Jaringan yang saat
ini telah dibangun dengan memanfaatkan dana rakyat harus terus dijaga, utamanya
didalam setiap pengembangan program ke depan, agar tidak terkesan “membongkar
pondasi” setiap ada kebijakan yang baru. Selain itu, pengembangan konten yang
menjadi alat transportasi yang memanfaatkan infrastruktur ini harus lebih diperkaya,
sehingga pemanfaatannya menjadi lebih optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar